Saturday 10 June 2017

Sufi dan Istri Empat


Credit: STORYLINE dari cerita berikut ini saya dengar dari K.H. M. Saleh, Dosen STAIN Metro dan Ketua MUI Kota Metro pada kultum Ramadhan 23 Agustus 2011 di Masjid Adzkiya. Jika ada kebaikan dari penceritaan ulang ini, semoga kebaikannya dialirkan kepada beliau.

***

Tengah malam. Hening.
Detak jarum jam terdengar di sela tangis-tangis lirih yang ditahan.
Di ruang tengah sebuah rumah besar, seorang lelaki tua terlihat terbaring menunggu ajal. Sesekali ia menyebut-nyebut nama-nama keluarganya yang telah meninggal dunia. “Tenanglah Kanda, segalanya akan baik-baik saja.” seorang wanita tua mencoba menenangkan si lelaki itu.
Jika dilihat lebih dekat. Ada empat wanita, dengan variasi umur, tengah mengitari lelaki sekarat itu. Iya, lelaki kaya raya itu miliki empat istri. Istri pertamanya, sebaya dengannya. Istri kedua, lima tahun lebih muda darinya. Istri ketiga sepuluh tahun, dan istri keempat dua puluh tahun lebih muda dan lebih cantik dari istri pertama dan kedua.
“Wahai istri-istriku. Rasa-rasanya waktuku tak lama lagi. Sesekali aku seperti melihat bayang-bayang keluargaku yang telah wafat. Mungkin mereka hendak menjemputku." ujar lelaki itu.
“Tidak Kanda. Kanda akan segera sembuh.” sergah istri pertama.
“Ah. Terima kasih, tapi lupakanlah! Aku hanya ingin tahu, jika aku meninggal nanti, sampai mana kalian akan mengantarkanku?” tanya sang suami.
“Aku akan mengantarmu sampai gerbang rumah kita Kanda.” jawab istri keempat.
“Aku lebih baik, karena akan mengantar kanda hingga ke pemakaman.” tukas istri ketiga.
“Aku lebih baik dari mereka Kanda karena aku akan masuk ke liang lahat bersama Kanda.” berkata istri kedua.
“Terima kasih. Lalu bagaimana denganmu wahai istri tertua?” tanya si lelaki.
“Jangan khawatir Kanda. Adinda akan menyertai Kanda hingga ke hadapan-Nya.” jawab istri pertama.

***
Begitulah.
Cerita-cerita Sufi kerap bertabur metafora.
Istri keempat adalah perlambang harta benda. 
Istri ketiga adalah keluarga yang mengantar kita sampai pemakaman.
Istri kedua adalah raga yang selama hidup kita rawat yang meski menemani hingga liang lahat, akan murca seiring waktu.
Istri pertama adalah amal ibadah. Syahdan, di alam sana setiap kita akan miliki pendamping sesuai amal perbuatan. Jika amal baik, cantiklah pendamping kita itu. Dan jika buruk, yang terlihat adalah monster.

Dalam banyak kasus kehidupan di dunia, istri pertama cenderung kalah menarik dibanding istri kedua, ketiga, dan keempat. Padahal, justru istri pertama atau amal ibadah lah teman dan pasangan sejati itu.


Diceritakan kembali sekenanya oleh Dedi Irwansyah

No comments:

Post a Comment

Bela Diri di Perumahan Metro Indah

Prolog Anak-anak kini semakin rentan di-bully oleh sebaya atau pun orang dewasa. Anak-anak di Perumahan Metro Indah, bukanlah pengecualian....