Wednesday 7 June 2017

The Power of Sholawat (Part Two)


Setiba di gubuknya yang reot, si miskin, dalam sendu, menceritakan serangkaian kejadian yang baru dialaminya. Kepada istrinya. Si istri menyimak dengan seksama dan terpukau pada bagian penangguhan penahanan. Menggunakan analogi sederhana, si istri mengajak sang suami untuk menghabiskan satu malam penangguhan itu dengan bersholawat kepada Rasulullah saw.

Jika karena sholawat satu kali saja, Allah menganugerahkan pencerahan berupa penangguhan sehari, lalu bagaimana dengan sholawat yang dilantunkan ribuan kali sepanjang malam?

Sang suami sepakat. Keduanya membersihkan raga dan lantai gubuk, mengenakan pakaian terbaik, dan  mengoles wewangian seadanya. Mereka melapalkan sholawat. Puji-puji terhadap sang Nabi ternyata mendatangkan ketenangan dan membiaskan kerinduan. Hati keduanya bergetar karena kecintaan kepada Rasulullah. Keduanya larut dalam alunan sholawat. Namun, menjelang tengah malam,  Allah menidurkan pasutri miskin itu.

Adalah dalam lelap itu, Rasulullah  berkenan hadir di ruang mimpi si lelaki miskin itu. Kekuasaan dan misteri Allah swt yang membuatnya yakin bahwa yang mendatanginya itu adalah Rasulullah. Ia girang bukan kepalang, sebelum akhirnya  menangis dan mengadukan perihal hutang 500 keping emas itu.

Rasulullah, manusia paling suci itu, tersenyum lembut. Beliau menyuruh si lelaki miskin untuk segera menemui sang raja agar terbayarkan hutangnya yang 500 keping emas itu.  Sejurus, si miskin tampak ragu. Bagaimana mungkin raja akan percaya bahwa yang memintanya menghadap adalah Rasulullah? Namun, kegunadahannya lenyap setelah  Rasulullah membisikkan sesuatu di telinga kanannya.

Singkat cerita, si miskin diterima dengan senang hati oleh sang raja. Ia dianugerahkan 3000 keping emas. 500 keping untuk membayar hutang, 2500 sebagai hadiah atas kabar baik yang telah dibawa kepadanya.
Si miskin l bergegas  menemui sang hakim. Syahdan, sang  hakim rupanya telah menunggunya sejak fajar menyingsing. Lelaki miskin itu kaget  karena sang hakim memeluknya penuh haru. “Saudaraku, perkenankan aku untuk membayar hutangmu yang 500 keping emas itu.”  

Belum habis rasa kaget si miskin, tiba-tiba sang saudagar, orang yang dihutanginya,  muncul  dan tersenyum kepadanya. Penuh haru sang saudagar berujar, “Saudaraku, izinkan aku untuk membebaskanmu dari kewajiban 500 keping emas itu. Aku sungguh berterima kasih kepadamu. Engkau telah menjadi penyebab (wasilah) baik bagiku.

No comments:

Post a Comment

Bela Diri di Perumahan Metro Indah

Prolog Anak-anak kini semakin rentan di-bully oleh sebaya atau pun orang dewasa. Anak-anak di Perumahan Metro Indah, bukanlah pengecualian....