Begitulah.
Di malam yang sama. Di negeri
yang madani itu. Rasulullah hadir di ruang mimpi si lelaki miskin, si
hakim, dan si saudagar. Kehadiran sang Nabi, tanpa diketahui banyak orang, juga
telah membawa kabar gembira kepada raja negeri itu.
Kepada sang hakim, Rasulullah saw
datang dan memintanya untuk membayar hutang si miskin. Si hakim senang bukan
kepalang. Ia merasa bahagia dapat bertemu Rasulullah dalam mimpinya. Ia senang
karena dapat melakukan apa yang dituntunkan oleh sang Nabi.
Kepada sang saudagar, Rasulullah datang
untuk memintanya membebaskan si miskin dari hutang 500 keping emas itu. Sama
seperti sang hakim, ia juga melonjak
girang karena bermimpi bertemu sang Nabi. Sesuatu yang dirindukan oleh semua
pemeluk Islam.
Sekian.
Epilog:
Malam beranjak menuju puncak. Angin, berhembus dingin, mata siapa saja untuk
terpejam. Seorang raja saleh tak kuasa jatuh tertidur di hitungan ke-500 dari
sholawat yang ia lantunkan secara rahasia. Ketika adzan subuh membangunkannya,
ia murung karena tadi malam ia seharusnya melantunkan 1000 sholawat.
Di pagi hari, kemurungan sang
raja musnah setelah seorang lelaki miskin datang dan menceritakan mimpinya tadi
malam. Si lelaki miskin bertutur lirih kepadanya, “Sholawat dari Paduka
disaksikan oleh Baginda Nabi. 500 sholawat akan dianggap sebagai 1000 sholawat
jika Paduka berkenan membantu hamba melunasi hutang sebesar 500 keping emas.”
Bagi sang raja, itu adalah berita terindah yang pernah didengarnya.
‘alan nabiy sholawaat
Retold freely by Dedi Irwansyah
No comments:
Post a Comment